Selasa, 17 April 2012

Tuberkulosis dan Ekstrak Habbatussauda'

Tuberkulosis (TB)

Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar yang dilakukan Kementerian Kesehatan pada 2007, tuberkulosis menjadi penyebab kematian nomor 2 setelah stroke. Indonesia menempati urutan ketiga setelah India dan China diantara  22 negara dengan masalah TB terbesar di Dunia.

Kondisi itu tentu saja sangat mengkhawatirkan. Pasien biasanya lamban ditangani karena baru diketahui mengidap TB setelah kronis dengan gejala batuk berdarah. Gejala batuk di awal serangan kerap dianggap batuk biasa. Padahal,bila batuk terus mendera hingga lebih dari 3 minggu, tubuh lemas, demam, nafsu makan berkurang, mesti segera memeriksakan diri lebih lanjut ke dokter.


TB biasanya menular melalui udara yang tercemar Mycobacterium tuberculosis yang dilepaskan penderita TB saat batuk. Pada anak-anak umumnya tertular penderita RB dewasa. Bakteri itu masuk dan berkumpul di paru-paru, lalu berkembang biak. Bakteri lebih cepat menggandakan diri jika dayatahan tubuh anjlok. Bakteri dapat menyebar melalui pembuluh darah atau kelenjar getah bening. Jika dibiarkan bisa menjalar ke seluruh organ tubuh seperti otak, ginjal, saluran pencernaan, tulang, kelenjar getah bening dan lain-lain.


Untuk  mengatasi TB, dokter biasanya memberikan obat dari golongan isoniazid atau isonikotinil hidrazid (INH). Obat itu secara in vitro bersifat tuberkulostatik (menahan perkembangan bakteri). Caranya dengan menghambat biosintesis asam mikolat yang merupakan unsur pembentuk dinding sel mikobakterium. Isoniazid menghilangkan sifat tahan asam dan menurunkan jumlah lemak yang terektrasi oleh metanol dari mikobakterium.

Ekstrak Habbatussauda'

Di Thailand, ekstrak habbatussauda kerap digunakan untuk mengobati TB. Anggota famili Ranunculaceae itu dikombinasikan dengan bangle Zingiber cassumunar. Prasa phlai (nama ramuan itu) sudah digunakan secara turun-temurun. Hasil penelitian P Tangyuengyongwatana dan W Gritsanapan, peneliti Departemen Mikrobiologi Fakultas Farmasi Mahidol University di Bangkok, Thailand, kombinasi kedua herbal itu menghasilkan senyawa (E) 4-(3,4-dimethoxyphenyl)but-3-en-1-yl oleate, (E) 4-(3,4-dimethoxyphenyl)but-3-en-1-yl linoleate, dan (E) 4-(3,4-dimethoxyphenyl)but-3-en-1-ylpalmitate.

Ketiga senyawa itu diuji aktivitasnya terhadap Mycobacterium tuberculosis H37RA. Hasilnya, senyawa yang disebut pertama dan ketiga mampu menghambat pertumbuhan bakteri pada dosis 200 mikrogram/ml, senyawa yang kedua 100mikrogram/ml.

1 komentar:

Unknown mengatakan...

Habbatussauda obat segala macam penyakit